Padepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, Indonesia
Padepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, Indonesia
28Mar2024

Payung Sultan Hamengkubuwono

Payung Sultan Hamengkubuwono: Simbol Kekuasaan dan Warisan Budaya Yogyakarta

Payung merupakan salah satu atribut kebesaran yang tak terpisahkan dari sosok Sultan Hamengkubuwono, penguasa Kasultanan Yogyakarta. Payung ini bukan sekadar benda pelindung dari hujan atau terik matahari, melainkan simbol kekuasaan, kebangsawanan, dan warisan budaya yang kaya.

Sejarah Payung Sultan Hamengkubuwono

Tradisi penggunaan payung sebagai simbol kebesaran di Yogyakarta berawal dari masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792). Beliau menerima payung sebagai hadiah dari Sunan Pakubuwono III, penguasa Kasunanan Surakarta. Payung tersebut menjadi lambang penyatuan dua kerajaan besar di Jawa Tengah.

Sejak saat itu, payung menjadi atribut wajib bagi Sultan Hamengkubuwono dalam berbagai acara resmi. Payung yang digunakan pun memiliki desain dan makna simbolis yang khas.

Jenis-Jenis Payung Sultan Hamengkubuwono

Terdapat beberapa jenis payung yang digunakan oleh Sultan Hamengkubuwono, masing-masing dengan fungsi dan makna yang berbeda.

  • Payung Ageng

Payung Ageng adalah payung terbesar dan paling sakral. Payung ini memiliki diameter sekitar 3 meter dan terbuat dari kain beludru hitam dengan sulaman emas. Payung Ageng hanya digunakan dalam acara-acara yang sangat penting, seperti penobatan Sultan atau upacara adat lainnya.

  • Payung Kyai Tunggul Wulung

Payung Kyai Tunggul Wulung adalah payung yang digunakan oleh Sultan Hamengkubuwono dalam acara-acara resmi. Payung ini terbuat dari kain sutra hitam dengan sulaman emas dan perak. Payung Kyai Tunggul Wulung dipercaya memiliki kekuatan magis untuk melindungi Sultan dari bahaya.

  • Payung Kyai Tunggul Wulung Kanigaran

Payung Kyai Tunggul Wulung Kanigaran adalah payung yang digunakan oleh Sultan Hamengkubuwono saat memimpin pasukan perang. Payung ini terbuat dari kain sutra merah dengan sulaman emas dan perak. Payung Kyai Tunggul Wulung Kanigaran melambangkan keberanian dan kegagahan Sultan.

  • Payung Kyai Tunggul Wulung Panji

Payung Kyai Tunggul Wulung Panji adalah payung yang digunakan oleh Sultan Hamengkubuwono saat melakukan perjalanan. Payung ini terbuat dari kain sutra hijau dengan sulaman emas dan perak. Payung Kyai Tunggul Wulung Panji melambangkan kedamaian dan kesejahteraan.

Simbolisme Payung Sultan Hamengkubuwono

Payung Sultan Hamengkubuwono tidak hanya berfungsi sebagai pelindung, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam.

  • Kekuasaan dan Kebangsawanan

Payung melambangkan kekuasaan dan kebangsawanan Sultan. Payung yang besar dan megah menunjukkan wibawa dan keagungan Sultan sebagai pemimpin tertinggi.

  • Perlindungan dan Keselamatan

Payung juga melambangkan perlindungan dan keselamatan. Payung melindungi Sultan dari hujan, terik matahari, dan bahaya lainnya. Payung juga dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menangkal roh jahat.

  • Warisan Budaya

Payung Sultan Hamengkubuwono merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Yogyakarta. Payung ini menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Yogyakarta.

Kesimpulan

Payung Sultan Hamengkubuwono adalah simbol kekuasaan, kebangsawanan, dan warisan budaya yang kaya di Yogyakarta. Payung ini tidak hanya berfungsi sebagai pelindung, tetapi juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Payung Sultan Hamengkubuwono menjadi bukti kejayaan dan kemakmuran Kasultanan Yogyakarta di masa lalu dan terus menjadi kebanggaan masyarakat Yogyakarta hingga saat ini.

FAQ Unik tentang Payung Sultan Hamengkubuwono

  1. Apakah payung Sultan Hamengkubuwono pernah hilang atau dicuri?

Ya, pada tahun 1946, Payung Ageng dicuri oleh pasukan Belanda. Payung tersebut kemudian ditemukan kembali pada tahun 1949 dan dikembalikan ke Kasultanan Yogyakarta.

  1. Berapa berat Payung Ageng?

Payung Ageng memiliki berat sekitar 15 kilogram.

  1. Apakah payung Sultan Hamengkubuwono pernah digunakan sebagai senjata?

Ya, pada masa perang Diponegoro (1825-1830), Payung Kyai Tunggul Wulung Kanigaran digunakan oleh Sultan Hamengkubuwono II sebagai senjata untuk melawan pasukan Belanda.

  1. Apakah payung Sultan Hamengkubuwono hanya boleh digunakan oleh Sultan?

Tidak, payung Sultan Hamengkubuwono juga dapat digunakan oleh para abdi dalem atau kerabat dekat Sultan dalam acara-acara tertentu.

  1. Di mana payung Sultan Hamengkubuwono disimpan?

Payung Sultan Hamengkubuwono disimpan di Museum Keraton Yogyakarta. Payung-payung tersebut hanya dikeluarkan pada saat-saat tertentu, seperti penobatan Sultan atau upacara adat lainnya.

Dibaca 123x
Lainnya

0 Komentar

Tinggalkan Komentar