Padepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, Indonesia
Padepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, Indonesia
01Mar2024

Payung Sultan Hamengkubuwono

Payung Sultan Hamengkubuwono: Warisan Budaya dan Simbol Kekuasaan

Payung merupakan salah satu benda yang memiliki nilai budaya dan sejarah yang tinggi di Indonesia. Di Yogyakarta, payung memiliki makna khusus, terutama bagi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Payung Sultan Hamengkubuwono adalah salah satu simbol kekuasaan dan kebesaran yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Sejarah Payung Sultan Hamengkubuwono

Sejarah payung Sultan Hamengkubuwono tidak dapat dipisahkan dari berdirinya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada tahun 1755. Payung pertama kali digunakan oleh pendiri Kesultanan, Sri Sultan Hamengkubuwono I, sebagai simbol kekuasaannya.

Payung tersebut merupakan hadiah dari Sunan Surakarta, Paku Buwono III. Payung ini dikenal dengan nama Payung Kyai Ageng Mangkurat Ingkang Sinuwun. Sejak saat itu, payung menjadi atribut penting dalam setiap upacara adat dan acara resmi Kesultanan.

Jenis-Jenis Payung Sultan Hamengkubuwono

Terdapat beberapa jenis payung Sultan Hamengkubuwono yang digunakan dalam berbagai acara. Jenis-jenis payung tersebut antara lain:

  • Payung Kyai Ageng Mangkurat Ingkang Sinuwun: Payung ini merupakan payung pusaka yang hanya digunakan dalam acara-acara sangat penting, seperti penobatan Sultan.
  • Payung Kyai Ageng Mangkurat Ingkang Jumeneng: Payung ini digunakan oleh Sultan saat menghadiri acara resmi di luar keraton.
  • Payung Kyai Ageng Mangkurat Ingkang Sinuwun Kangjeng Ratu: Payung ini digunakan oleh permaisuri Sultan.
  • Payung Kyai Ageng Mangkurat Ingkang Jumeneng Kangjeng Ratu: Payung ini digunakan oleh permaisuri Sultan saat menghadiri acara resmi di luar keraton.
  • Payung Kyai Ageng Mangkurat Ingkang Jumeneng Kangjeng Pangeran Adipati Anom: Payung ini digunakan oleh putra mahkota.
  • Payung Kyai Ageng Mangkurat Ingkang Jumeneng Kangjeng Pangeran Harya: Payung ini digunakan oleh pangeran yang belum menjadi putra mahkota.

Simbolisme Payung Sultan Hamengkubuwono

Payung Sultan Hamengkubuwono memiliki makna simbolis yang mendalam. Payung melambangkan kekuasaan, perlindungan, dan kemakmuran. Warna kuning pada payung melambangkan kebesaran dan keagungan.

Selain itu, payung juga melambangkan hubungan antara Sultan dengan rakyatnya. Payung yang dipegang oleh Sultan saat berada di tengah-tengah rakyatnya menandakan bahwa Sultan melindungi dan mengayomi rakyatnya.

Pembuatan Payung Sultan Hamengkubuwono

Pembuatan payung Sultan Hamengkubuwono merupakan proses yang rumit dan membutuhkan keterampilan khusus. Payung dibuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi, seperti kain sutra, benang emas, dan kayu jati.

Proses pembuatannya meliputi beberapa tahap, seperti menenun kain, menyulam benang emas, dan memasang rangka payung. Setiap payung dibuat dengan sangat teliti dan detail, sehingga menghasilkan karya seni yang indah dan bernilai tinggi.

Kesimpulan

Payung Sultan Hamengkubuwono merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Payung ini tidak hanya berfungsi sebagai simbol kekuasaan dan kebesaran, tetapi juga sebagai pengingat akan sejarah dan budaya Yogyakarta yang kaya.

Payung Sultan Hamengkubuwono terus dilestarikan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Payung ini menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Kesultanan dan menjadi kebanggaan masyarakat Yogyakarta.

FAQ Unik

  1. Apakah payung Sultan Hamengkubuwono hanya digunakan oleh Sultan?
    Tidak, payung juga digunakan oleh permaisuri Sultan, putra mahkota, dan pangeran.

  2. Berapa berat payung Sultan Hamengkubuwono?
    Berat payung bervariasi tergantung jenisnya, tetapi umumnya berkisar antara 5-10 kilogram.

  3. Apakah payung Sultan Hamengkubuwono pernah hilang?
    Ya, pada tahun 1812, Payung Kyai Ageng Mangkurat Ingkang Sinuwun hilang saat terjadi Perang Jawa.

  4. Bagaimana cara merawat payung Sultan Hamengkubuwono?
    Payung harus disimpan di tempat yang kering dan sejuk. Kain payung harus dibersihkan secara teratur dengan kain lembut.

  5. Apakah masyarakat umum dapat melihat payung Sultan Hamengkubuwono?
    Ya, masyarakat umum dapat melihat payung Sultan Hamengkubuwono di Museum Keraton Yogyakarta.

Dibaca 93x
Lainnya

0 Komentar

Tinggalkan Komentar