Awal Kejayaan Mataram
Pada masa pemerintahan Raden Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alogo, Mataram tumbuh menjadi kota yang semakin ramai. Ambisi Panembahan Senopati untuk memperluas wilayah kekuasaannya mengarahkan pandangannya pada hutan Kedu, sebuah hutan lebat dan angker yang berada di sebelah barat sungai Progo.
Tugas Raden Purbaya
Panembahan Senopati memberi mandat kepada putranya, Raden Purbaya, untuk membuka hutan tersebut. Dia membekali Raden Purbaya dengan pusaka Tombak Kyai Plered. “Pergilah ke hutan Kedu, bukalah lahan di sana! Di hutan itu berkuasa raja jin yang sakti. Bawalah tombak itu untuk melawannya!” perintah Senopati. “Baiklah, Ayah, akan kugunakan pusaka ini sebaik mungkin,” jawab Raden Purbaya. Panembahan Senopati juga memerintahkan Raden Purbaya untuk membawa pasukan yang telah disiapkan.
Pertempuran dengan Raja Jin
Sesampainya di tengah hutan Kedu, Raden Purbaya dan pasukannya bertemu dengan raja jin yang kuat, Prabu Sepanjang. “Sepertinya ada tamu tak diundang masuk ke wilayahku. Apa tujuan kalian?” tanya Prabu Sepanjang. “Aku Purbaya, putra Panembahan Senopati dari Mataram. Aku memiliki mandat untuk membuka hutan ini menjadi pemukiman,” jawab Raden Purbaya. Prabu Sepanjang menolak dan mengancam akan menghalangi Raden Purbaya dengan seluruh pasukannya.
Pertempuran sengit pun terjadi antara Raden Purbaya dan Prabu Sepanjang. Dengan kesaktian Tombak Kyai Plered, Raden Purbaya berhasil mengalahkan Prabu Sepanjang, yang licik melarikan diri meninggalkan pasukannya. Pasukan Raden Purbaya memenangkan pertarungan dan mulai membuka serta membangun hutan Kedu menjadi desa kecil yang subur.
Kedatangan Pendatang dan Konflik Baru
Banyak pendatang yang menetap di desa baru tersebut, termasuk Kyai Keramat beserta keluarganya. Setelah pernikahan putrinya, Roro Rambat, dengan salah satu perwira Raden Purbaya, Raden Kuning, pesta tersebut disaksikan oleh Prabu Sepanjang yang masih ingin membalas dendam. Prabu Sepanjang menyamar sebagai Sonta, seorang pengelana, untuk mendekati Kyai Keramat dan meracuni desa dengan asap putih yang mematikan.
Warga desa dan prajurit Raden Purbaya jatuh sakit dan meninggal mendadak. Raden Purbaya segera melaporkan masalah ini kepada Panembahan Senopati, yang kemudian bersemedi dan mendapatkan petunjuk bahwa wabah tersebut disebabkan oleh Sonta, penyamaran Prabu Sepanjang.
Akhir Pertempuran dan Kemenangan
Raden Purbaya dan pasukannya mengejar Sonta yang akhirnya bertarung dengan Kyai Keramat dan Nyai Bogem, yang keduanya gugur dalam pertempuran. Tempat pemakaman mereka dikenal sebagai Desa Kramat dan Desa Bogeman. Raden Purbaya akhirnya menemukan cara untuk mengepung Prabu Sepanjang dengan melingkari hutan Kedu seperti gelang. Strategi ini berhasil dan Prabu Sepanjang tewas oleh Tombak Kyai Plered.
Wilayah ini kemudian dikenal sebagai Magelang, sebagai penghormatan atas keberhasilan Raden Purbaya dalam menaklukkan hutan Kedu dan mengubahnya menjadi pemukiman baru.
SUMBER: GROUP FB NGURI NGURI BUDAYA
Dibaca 123x