Padepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, Indonesia
Padepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, IndonesiaPadepokan Tapakwangu Kedung Pengilon Kec Pangkah Kabupaten Tegal, Slawi, Indonesia
24Mar2024

Jam Matahari Keraton Yogyakarta

Jam Matahari Keraton Yogyakarta: Warisan Astronomi yang Menakjubkan

Keraton Yogyakarta, istana resmi Kesultanan Yogyakarta, merupakan pusat budaya dan sejarah yang kaya. Di antara banyak harta karunnya, terdapat sebuah karya arsitektur yang unik dan mengesankan: Jam Matahari Keraton Yogyakarta.

Sejarah dan Konstruksi

Jam Matahari Keraton Yogyakarta dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono II pada tahun 1755. Dirancang oleh arsitek kerajaan Raden Tumenggung Prawirodirjo, jam matahari ini merupakan salah satu yang tertua dan terbesar di Indonesia.

Konstruksinya membutuhkan waktu bertahun-tahun dan melibatkan pengerjaan yang sangat teliti. Tiang utama jam matahari, yang disebut "Gnomon", terbuat dari kayu jati berukuran besar dan berbentuk kerucut. Tiang ini ditanam di atas landasan batu yang kokoh.

Prinsip Kerja

Jam Matahari Keraton Yogyakarta bekerja berdasarkan prinsip sederhana bayangan yang dilemparkan oleh Gnomon. Saat matahari bergerak melintasi langit, bayangan Gnomon akan bergeser pada permukaan jam matahari yang berbentuk cakram. Posisi bayangan menunjukkan waktu yang tepat.

Cakram jam matahari dibagi menjadi 12 bagian, mewakili 12 jam dalam sehari. Setiap bagian ditandai dengan angka Jawa kuno yang disebut "Candrasengkala".

Keunikan dan Signifikansi

Jam Matahari Keraton Yogyakarta memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari jam matahari lainnya:

  • Ukurannya yang besar: Dengan diameter sekitar 10 meter, jam matahari ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
  • Bentuknya yang unik: Cakram jam matahari berbentuk segi delapan, bukan lingkaran seperti jam matahari pada umumnya.
  • Sistem penunjuk waktu: Candrasengkala yang digunakan untuk menandai waktu merupakan sistem penanggalan Jawa kuno yang unik.

Selain nilai sejarah dan arsitekturnya, Jam Matahari Keraton Yogyakarta juga memiliki signifikansi astronomi. Ini adalah bukti keterampilan dan pengetahuan astronomi masyarakat Jawa pada abad ke-18.

Pemugaran dan Pemeliharaan

Seiring waktu, Jam Matahari Keraton Yogyakarta telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 2015 untuk mengembalikannya ke kejayaan aslinya.

Pemugaran ini meliputi perbaikan Gnomon, penggantian cakram jam matahari, dan pembersihan landasan batu. Dengan perawatan yang tepat, jam matahari ini diharapkan dapat terus berfungsi sebagai pengingat akan warisan astronomi Indonesia selama bertahun-tahun yang akan datang.

Kesimpulan

Jam Matahari Keraton Yogyakarta adalah sebuah mahakarya arsitektur dan astronomi yang mencerminkan kecerdasan dan keterampilan masyarakat Jawa pada masa lalu. Ini adalah pengingat akan warisan budaya dan ilmiah yang kaya di Indonesia. Sebagai simbol waktu dan sejarah, jam matahari ini terus menginspirasi dan memukau pengunjung hingga hari ini.

FAQ Unik

  1. Apakah Jam Matahari Keraton Yogyakarta masih berfungsi secara akurat?

    • Ya, setelah pemugaran pada tahun 2015, jam matahari ini telah dikalibrasi ulang dan menunjukkan waktu yang cukup akurat.
  2. Apa arti dari Candrasengkala pada cakram jam matahari?

    • Candrasengkala adalah sistem penanggalan Jawa kuno yang menggunakan kata-kata atau frasa untuk mewakili tahun. Candrasengkala pada Jam Matahari Keraton Yogyakarta berbunyi "Warsa Wasesa Sujana", yang berarti tahun 1755 Saka (1833 Masehi).
  3. Apakah Jam Matahari Keraton Yogyakarta pernah digunakan untuk tujuan praktis?

    • Selain sebagai penunjuk waktu, jam matahari ini juga digunakan sebagai alat untuk menentukan arah kiblat dan untuk mengukur ketinggian benda langit.
  4. Apakah ada legenda atau cerita rakyat yang terkait dengan Jam Matahari Keraton Yogyakarta?

    • Ada legenda yang mengatakan bahwa jam matahari ini dibangun oleh seorang putri keraton yang jatuh cinta dengan seorang pria biasa. Ketika sang putri meninggal, pria itu menggunakan jam matahari untuk menghitung hari-hari hingga dia bisa bertemu dengannya lagi di akhirat.
  5. Apakah pengunjung diperbolehkan menyentuh atau memanjat Jam Matahari Keraton Yogyakarta?

    • Tidak, pengunjung tidak diperbolehkan menyentuh atau memanjat jam matahari. Ini adalah situs bersejarah yang dilindungi dan harus diperlakukan dengan hormat.
Dibaca 48x
Lainnya

0 Komentar

Tinggalkan Komentar